SUMEDANG BANGKIT

SUMEDANG BANGKIT
Tim Pelajar 2013

Selasa, 17 Juli 2012

TENIS MEJA YANG TERLUPAKAN

Aspek dalam penentuan olahraga prestasi terbagi menjadi empat aspek yaitu: fisik, teknik taktik dan mental. Banyaknya sekolah tenis meja yang berkembang di Indonesia sangat cenderung dengan "proyek karbitan". Tuntutan terhadap pelatih dari KONI dan tuntutan terhadap prestasi olahraga daerah sangat terdesak dengan biaya dari pemerintah itu sendiri yang mengakibatkan sangat banyaknya proyek karbitan di dunia olahraga tenis meja saat ini.
Mari kita evaluasi dunia tenis meja yang ada sekarang ini, banyak pelatih yang memiliki kharisma di Indonesia yang kalau diberi kesempatan lebih untuk menata tenis meja Indonesia akan sangat baik. Namun kenyataanya pelatih bagus cenderung dengan pelatih yang mata duitan,benarkah demikian??? Ini sebuah pernyataan yang ironis untuk dijawab di tengah melorotnya prestasi olahraga tenis meja yang sempat mencapai top performa di era Anton Suseno pada tahun 90an namanya mencuat dan terkenal hingga daratan eropa. Kemampuan bertahan yang baik di tunjang dengan fisik yang baik menjadikan pemain asal Indramayu ini di segani oleh lawan-lawan di kawasan Asia Tenggara. Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap pelatih-pelatih atlet usia dini membuat pelatih mencari sesuap nasi tanpa memperdulikan kualitas yang dia berikan kepada atletnya.Sangat sulit mencari pelatih yang memberikan materi yang baik dengan biaya yang pas-pasan. Ini dimaklumi karena untuk jadi pelatih yang baik itu perlu ilmu yang tinggi. Namun paradigma Pemerintah Indonesia saat ini beranggapan kalau pelatih itu gampang dan mantan atlet akan menjadi pelatih yang baik. Kenyataanya tidak demikian seorang pelatih harus memiliki wawasan yang luas, harus mempunyai  perencanaan program latihan yang jelas dan yang paling penting adalah jiwa yang mengerti akan kondisi atletnya, karena pelatih yang baik adalah pelatih yang bisa mengasah kemampuan yang dimiliki atletnya dan meminimalisisr kekurangan atletnya, bukan membentuk atlet menjadi seperti dirinya.
Kembali pada pokok pembahasan yaitu banyaknya aspek yang terlupakan pada pembinaan usia dini membuat tenis meja Indonesia sulit untuk berkembang, di tambah lagi pengelolaan tentang pencurian umur membuat geliat tenis meja kurang terlihat. Pada dasarnya setiap pembinaan di Sekolah tenis meja memberikan keempat aspek fisik, teknik, taktik dan mental, namun pada kenyataanya aspek mental sangat sering sekali dilupakan, banyak pelatih yang mengabaikan tentang pentingnya belajar mental. Sebenarnya mental sangat mempengaruhi kemajuan perkembangan anak. Rasa disiplin, saling menghargai, dan bekerja keras sangat wajib diajarkan pada setiap atlet yang dibina di sekolah tenis meja. Mental merupakan hal kecil yang sering terlupakan namun peran mental sangat besar yang bisa menentukan perkembangan atlet kedepanya.
Terkait kondisi fisik di tenis meja sangat jarang pelatih yang mengetahui tentang bagaimana sebenarnya aspek-aspek fisik yang penting di tenis meja. Ini dimaklumi karena keunikan tenis meja yang memiliki banyak acuan yang bervariasi membuat pelatih awam sulit menentukan program pelatihan kondisi fisik. Padahal yang menjadi fondasi utama permainan tenis meja adalah fisik, teknik yang sangat baik sekali pun tidak akan bisa berjalan tanpa di topang fisik yang kuat. Proses karbitan juga terjadi di program fisik, aspek fleksibilitas sangat jarang sekali terlihat. Kelenturan yang dimiliki atlet-atlet di Indonesia sangat kurang, terlihat dari pergelangan tangan dalam pengambilan servis terlihat jelas bagaimana perbedaan  kelenturan antara atlet dunia dan atlet nasional kita.

SEDIKIT SOLUSI atau MASUKAN

Tenis meja adalah olahraga permainan dimana aspek fisik sebagai fondasi yang akan menunjang teknik, dan ketika kedua aspek itu dapat dikuasai maka taktik pun bisa untuk digunakan untuk mencapai tujuan atau prestasi.Namun ketika ketiga aspek itu sama dengan lawan maka faktor mental yang akan menentukan prestasi yang dicapai atlet. Keempat komponen ini harus diberikan disetiap kali latihan karena tenismeja perlu pemikiran yang cerdas dan juga efesiensi gerak harus se efektif mungkin.
Dan jangan lupa Fisik yang terdiri dari Fleksibilitas, kecepatan, kekuatan dan daya tahan harus dipahami betul dalam pemberiaan latihan. Gunakan metode yang pas untuk membuat suasana minimal seperti saat pertandingan dan seharusnya latihan harus dua kali lipat intensitasnya dengan intensitas yang terjadi pada saat pertandingan. gunakan simulasi yang tepat dan dari simulasi juga kita menentukan parameter untuk diberika pada atlet...

Semoga bermanfaat dan maju terus tenis meja Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar