SUMEDANG BANGKIT

SUMEDANG BANGKIT
Tim Pelajar 2013

Jumat, 09 Maret 2012

faktor yang terlupakan di TENIS MEJA


Memasuki era globalisasi terutama dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan pelatihan diharapkan untuk meningkatkan seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki sehingga mampu melaksanakan tugas utamanya yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik baik pada tingkat dasar sampai pada tingkat menengah.
Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan olahraga di sekolah yang diterapkan dengan baik, serta diarahkan, dilatih dibimbing dan dikembangkan sehingga pembibitan olahraga yang berbakat akan lebih cepat berhasil.
Olahraga tenis meja adalah salah satu sarana yang dapat menunjang proses pencapaian pendidikan secara integral. Menyadari akan hal itu, pelatih harus benar-benar mampu menciptakan suatu pelatihan agar anak didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan potensi yang tinggi.
Permainan  tenis meja adalah salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat  luas, terutama masyarakat sekolah termasuk perguruan tinggi. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh masuknya cabang ini dalam kurikulum di sekolah tetapi juga permainan ini sangat menarik dan dapat dimainkan di dalam rumah dengan peralatan yang relatif murah, serta tidak membutuhkan tempat yang luas. Tenis meja dapat dimainkan dan dinikmati oleh semua anggota keluarga dan memberi gerak badan serta hiburan kepada pemain-pemain semua tingkat usia, dan termasuk juga mereka yang cacat jasmaninya.
Tenis meja membutuhkan kelengkapan kondisi fisik agar mampu mendapatkan prestasi lebih tinggi, di samping penguasaan teknik, taktik serta strategi. Seperti yang dikemukakan oleh Mochamad Sajoto dalam bukunya; pembinaan  kondisi fisik dalam olahraga bahwa kalau seseorang atlit ingin berprestasi harus memiliki kondisi fisik seperti:
Kekuatan (strength), daya tahan (endurance), daya ledak otot (muscular power), kecepatan (speed), koordinasi (coordination), kelentukan (fleksibility), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), reaksi (reaction).
Dari semua kompenen fisik yang tersebut di atas merupakan suatu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan satu sama lain, baik peningkatannya maupun pemeliharaannya. Dalam permainan tenis meja perhatian terhadap komponen kelentukan, khususnya kelentukan pergelangan tangan bagi pelatih di daerah ini, tampaknya masih perlu ditingkatkan berkaitan dengan tenis meja, ini dapat dilihat pada pesta olahraga nasional yang hasilnya belum sejalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Khusus cabang tenis meja kelentukan pergelangan tangan perlu mendapat perhatian khusus dimana dalam pelaksanaan pelatihan  tenis meja yang diberikan oleh pelatih di sekolah mungkin hanya memperhatikan penguasaan teknik keterampilan-keterampilan saja.
Oleh sebab itu, masih perlu dibina dan diarahkan siswa untuk diberikan latihan-latihan kondisi fisik seperti kelentukan, karena kelentukan pergelangan tangan dalam olahraga tenis meja sangat dibutuhkan bahkan sangat menentukan menang atau tidaknya dalam suatu pertandingan. Di samping itu harus ditunjang keterampilan penguasaan  teknik dasar seperti melakukan  pukulan forehand.
Kekurangan yang dapat dilihat penyebabnya yakni kurangnya informasi dan penelitian tentang hubungan antara komponen kondisi fisik yang berkaitan dalam keterampilan bermain tenis meja seperti kelentukan dan keterampilan melakukan pukulan forehand, sehingga tidak tepat kalau orang beranggapan bahwa di dalam bermain tenis meja yang harus kita kuasai hanya  keterampilan dasar saja tanpa disertai unsur kondisi fisik. Dengan kekurangan informasi ini sehingga prestasi yang dicapai ditingkat Nasional masih perlu pembinaan yang lebih optimal.
Oleh karena itu, untuk membuktikan pernyataan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan maksud ingin mengetahui sejauh manakah hubungan kelentukan pergelangan tangan terhadap ketepatan melakukan pukulan forehand dalam permainan tenis meja di SMU Katolik Rosa Delima Tondano.
Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan kelentukan pergelangan tangan terhadap ketepatan melakukan pukulan forehand dalam permainan tenis meja di SMU Katolik Rosa Delima Tondano.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna:
  1. Bagi masyarakat penggemar olahraga tenis meja, untuk menjadi bahan masukkan dalam rangka pembinaan, pengembangan dan peningkatan permainan di bidang olahraga khususnya tenis meja.
  2. Untuk memperoleh konsep ilmiah yang dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pelatih, pembina, dan pelajar yang berbakat serta masyarakat pada umumnya.
Fleksibilitas adalah bagian yang sangat penting bagi semua cabang olahraga. Oleh karena itu, unsur fleksibilitas harus mendapat perhatian yang lebih khusus dalam tiap latihan terutama cabang olahraga yang banyak membutuhkan fleksibilitas, antara lain tenis meja.
Dalam permainan tenis meja banyak faktor yang harus diperhatikan. Salah satu faktor adalah kondisi fisik antara lain, fleksibilitas. Sebab fleksibilitas ini sangat menunjang dalam keterampilan melakukan pukulan forehand pada permainan tenis meja. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Peni Mutalib:
“Fleksibilitas yaitu komponen yang memungkinkan gerakan sendi yang makin luas, hanya perlu diingat bahwa makin kuat otot makin besar tendonnya, sehingga latihan fleksibilitas harus diikuti latihan kekuatan dengan demikian akan didapat tendon yang kekar dan tetap fleksibel”
Pendapat lain yang juga dikemukakan oleh Harsono bahwa :
“Orang yang fleksibel adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai suatu otot yang elastis,biasanya terbatas ruang gerak sendi-sendinya. Jadi faktor utama yang membantu menentukan fleksibilitas adalah elastisnya otot”
Dalam melakukan aktivitas olahraga unsur fleksibilitas sangatlah diperlukan untuk tidak terjadinya suatu yang tidak kita inginkan seperti cedera terutama pada persendian. Mochmad Sojoto mengemukakan bahwa: “Fleksibilitas adalah keefektifan seseorang dalam mengulurkan seluas-luasnya terutama otot-otot, ligamen pada sekitar persendian” Dengan demikian, orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya serta mempunyai otot yang elastis.
Jadi kelentukan pergelangan tangan, akan dapat menimbulkan kemampuan untuk melakukan gerak sendi dari berbagai arah di dalam melakukan pukulan forehand, dimana tangan yang akan sangat berpengaruh dalam melecutkan secara horisontal suatu pukulan yang keras, tepat dan terarah pada sasaran yang diinginkan.
Dengan demikian berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelentukan pergelangan tangan turut menunjang dalam melakukan pukulan forehand dalam permainan tenis meja.
  1. Hakekat ketepatan melakukan pukulan forehand
Pendapat ini dikemukakan oleh Rainer Martens yang menyatakan bahwa teknik melakukan pukulan forehand adalah:
  1. Tahap persiapan
    1. Dalam posisi siap
    2. Tangan dilemaskan
    3. Bed sedikit dibuka untuk menghadapi back spin, sedikit ditutup atau tegak lurus untuk menghadapi top spin.
    4. Pergelangan tangan lemas dan sedikit dimiringkan ke bawah.
    5. Bergerak untuk mengatur posisi, kaki kanan sedikit ke belakang untuk melakukan forehand.
    6. Tahap pelaksanaan
      1. Putar tubuh ke belakang dengan bertumpuh pada pinggang dan pinggul
      2. Putar tangan ke belakang dengan bertumpu pada siku.
      3. Berat badan dipindahkan ke kaki kanan.
      4. Untuk menghadapi back spin, bed harus digerakkan sedikit lebih rendah.
      5. For Ward Swing
        1. Berat badan dipindahkan ke kaki kiri
        2. Tubuh diputar ke depan bertumpuh pada pinggang dan pinggul.
        3. Tangan diputar ke depan dengan bertumpuh pada siku.
        4. Kontak
        5. Tahap akhir
          1. Bed bergerak ke depan dan sedikit naik ke atas.
          2. Kembali keposisi siap.


KRITIK DAN SARAN MENURUT LAYANAN BK
Masalah ini sangat ini sangat menarik untuk di bahas karena sebagai mana kita ketahui permainan tenis meja hampir ada di setiap kota atau kabupaten di Indonesia ini. Permainan ini memang sangat bagus untuk menguji mental seseorang karena di permainan ini sangat membutuhkan ketenangan dalam berpikir penempatan bola, pengontrolan emosi dalam mengeluarkan tenaga, dan daya intelek untuk bagaimana membuat poin secepat mungkin. Berbeda dengan permainan cabang olahraga lain yang dominan tenaga seperti bulutangkis, sepakbola, bahkan di sepokbola tanah air kita banyak yang mengakibatkan keributan bai itu antar pemain juga antar penonton. Ada juga yang dominan pikiran seperti catur.
Dengan demikian skirpsi ini sangat baik untuk dikaji lebih dalam lagi dari segi Bimbingan Konseling. Dalam melakukan pukulan Forehand diperlukan pemikiran yang cermat agar bola yang dihasilkan seperti yang kita inginkan, baik itu drive, top spin, ataupun backspin. Ini semua bisa dilakukan hanya dalam keadaan yang tenang dn juga memiliki tehnik yang baik tentunya, tetapi tetap yang dominan adalah ketenangan karena permainan ini dibatasi dengan meja sehingga bola harus jatuh dipermukaan meja lawan terlebih dahulu, dan tidak semua orang bisa melakukan hal ini.
Kritik dan Saran
Banyaknya pelatih yang memberikan pelatihan tenis meja di Indonesia yang tidak detail atau mendalam. Hal ini sangat menghambat meningkatnya performa atlet di masa keemasanya. Hubungan kelentukan pergelangan tangan dengan ketepatan melakukan pukulan forehand pada permainan tenis meja sangat ditunjang juga dengan konsentrasi penuh, ketika atlet tidak konsentrasi maka ketepatan akan tidak maksimal.
Masalah ini sangat berkaitan dengan psikis atlit dimana atlet tenis meja seharusnyaselalu mendapat layanan bimbingan dan konseling. Karena dengan cabang olahraga yang mengandalkan kecepatan dan daya tahan di tuntut konsentrasi dimana konsentrasi itu di pengaruhi banyak faktor psikologi.
Atlet yang masih muda selalu rentan dengan masalah yang hampir dimiliki remaja lainya. Untuk itu tidak heran juara pada kejuaraan tenis meja masih banyak diraih oleh atlet – atlet tua. Hal ini disebabkan tidak adanya layanan bimbingan dan konseling  di sekolah – sekolah tenis meja bahkan di club – club profesional sekalipun.
Alternatif bantuan yang diberikan kepada atlet atlet muda guna mencapaimaasa keemasan yang sangat kompeten dan sukses diantaranya adalah pemberian masukan bahwa masalah profesionalisme sangat mutlak untuk diterapkan ketika si anak tersebutmemilih menjadi seorang atlet. Bahwa atlet profesional ketika sedang berlatih dan bertanding selalu fokus akan tugasnya,dan masalh yang dia hadapi dia simpan dan dilupakan sejenak di saat latihan. Alternatif yang lain adalah mencegah penggunaan handphone dan media jejaring sosial lainya yang dianggap rentan mengundang masalah, bahakan masalah pribadi anak tersebut. Di club – club elit hal ini sudah di terapkan. Jadi setiap anak yang ingin masuk club dan berlatih disana tidak boleh menggunakan handphone dan media jejaring sosial lainya.  Dan masih banyak alternatif – alternatif lainya yang sebenarnya kalau dipikirkan oleh para pelatih sangtlah penting, karena bagaimanapun atlet yang mereka latih adalah anak – anak yang menuju remaja, remaja yang menuju dewasa, bahkan atlet yang dewasa pun pasti memiliki masalah.
Di cabang olahraga tenis meja sangat pentingnya konsentrasi maka sudah tentu bimbingan konseling yang tidak tersedia di club – club sekarang ini  harusnya mulai dirancang dan diadakan di setiap club. Namun kesadaran dari pihak pelatih akan hal ini kurang begitu timbul. Di tingkat nasional pun tidak ada layanan bimbingan konseling yang khusus menangani cabang – cabang olahraga tertentu.
Tidak adanya layanan bimbingan konseling di pelatihan cabang olahraga tenis meja sangatlah jelas menghambat meningkatnya atlet-atlet muda kita dalam menerima materi latihan. Banyaknya atlet yang tidak bisa berlatih maksimal karena faktor psikis baik itu adanya masalah pribadi atau banyak tugas di sekolahnya membuat atlet tenis meja sangat sulit berbicara di level internasional. Ini merupakan suatu  tugas kita bersama untuk menyelesaikan masalah –masalah para atlet supaya mereka bisa latihan dengan maksimal dan dengan konsentrasi penuh.

3 komentar: