Cedera Olah Raga
Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Pengertian :
Menurut
Depdiknas (1999: 632) “otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal
dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh”.
Pengertian
tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat
(ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang.
Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang
yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan
dan pergelangan kaki.
Cedera Olah Raga adalah
cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang disebabkan oleh kegiatan olah
raga. Cedera olah raga merupakan suatu kejadian yang sangat ditakuti oleh
pelatih dan atlet, cedera dapat
terjadi akibat trauma akut atau trauma yang terjadi berulang-ulang dalam jangka
waktu lama.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah
raga :
Metode Latihan Yang Tidak Tepat
Hal ini merupakan penyebab paling sering dari cedera pada otot dan sendi.
Penderita tidak memberikan waktu pemulihan yang cukup setelah melakukan olah
raga atau tidak berhenti berlatih ketika timbul nyeri.
Beberapa
otot mengalami cedera setiap kali mengalami penekanan oleh aktivitas yang
intensif, dan otot yang lainnya menggunakan cadangan energinya. Penyembuhan
serat-serat otot dan penggantian energi yang telah digunakan memerlukan
waktu pemulihan hingga berhari-hari.
Sebaiknya
latihan olah raga dilaksanakan secara bergantian, misalnya hari ini
melakukan latihan berat, hari berikutnya beristirahat atau melakukan latihan
ringan.
Kelainan Bentuk Anatomi Tubuh
Kelainan bentuk anatomi tubuh bisa menyebabkan seseorang lebih peka terhadap
cedera olah raga karena adanya tekanan yang
tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu. Misalnya, jika panjang kedua
tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan
mendapatkan tekanan yang lebih besar sehingga meningkatkan resiko
terjadinya retakan kecil dalam tulang kaki dan tungkai (fraktur karena
tekanan).
Kelemahan Otot, Tendon & Ligamen.
Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka
otot, tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi lebih peka terhadap
cedera jika otot dan ligamen yang menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena
osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur).
Menurut
Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan
ligamentum, yaitu
1. Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini
yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Giam
& Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan
terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan
yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam
ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri
tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih
separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri
tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat
menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih
separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri
tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat
menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga
kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit,
terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti
biasa, dan terdapat gerakan-gerakan yang abnormal.
2. Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian
otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang
berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain
dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi
robekan pada jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini
menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus.
Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat
ditetapkan.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo
dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode
RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice) :
didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress) : dibalut
tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan di berikan
apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan.
E (Elevate) :
ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut
Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a) Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut
Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a) Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
(b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus
memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang
cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun
(b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus
memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang
cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya
istirahat selama 3-6 minggu.
(c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim
kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
(c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim
kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
Cedera pada bahu merupakan salah satu cedera
yang paling sering dialami pada saat berolahraga, selain lutut dan
pergelangan kaki. Namun, meskipun cedera pada sendi bahu merupakan hal yang
umum, namun sebaiknya Anda tidak meremehkannya. Nyeri yang berkepanjangan malah
akan membuat fungsi tubuh Anda terganggu. Untuk itu, ketika Anda mengalami
cedera pada sendi bahu Anda, segera atasi secara tepat.
Apa Yang Terjadi Ketika Anda Mengalami Cedera
Bahu?
Sendi bahu merupakan bagian yang
sangat tidak stabil. Dan di sendi bahu, tendon yang sangat berperan adalah
rotator cuff dan biceps. Beberapa cedera sendi bahu yang paling sering terjadi,
antara lain subacromial bursitis, supraspinatus tendinitis, long head biceps
tendinitis, rotator cuff tendonitis hingga sobekan rotator cuff (rotator cuff
tear). Gejala dan tanda klinis yang dialami bervariasi, mulai dari ringan
sampai berat. Cedera tersebut dapat mengakibatkan nyeri sendi yang sangat pada
saat bergerak maupun istirahat. Di antara beberapa
jenis cedera tersebut, kali ini kita akan membahas salah satunya, yaitu
shoulder tendonisitis atau rotator cuff tendonitis.
Apa Itu Shoulder Tendonitis atau Rotator Cuff
Tendonitis?
Shoulder tendonitis (atau rotator cuff tendonitis) adalah salah satu kondisi
paling umum terjadi pada persendian bahu (rotator cuff). Penting untuk
diketahui bahwa shoulder tendonitis hanya bagian dari masalah dan mengarah ke
shoulder bursitis. Faktor umum penyebab rotator cuff tendonitis adalah olahraga. Tetapi terkadang
gangguan ini juga bisa terjadi pada orang-orang di atas usia 40 tahun.
Rotator cuff tendonitis juga dikenal sebagai
Swimmer’s shoulder, Pitcher’s shoulder, Shoulder impingement syndrome, Tennis
shoulder atau Shoulder Bursitis. Rotator cuff tendonitis adalah suatu
peradangan (iritasi dan pembengkakan) pada tendon bahu. Biasanya efek pelemahan
pada bahu hanya terasa ringan sampai sedang.
Bagaimana Mengatasinya?
Secara umum, pemulihan cedera pada sendi bahu memerlukan waktu. Untuk
mempercepat waktu pemulihan agar Anda dapat berlatih kembali, gunakan formula
RICE (Rest atau istirahat; Ice atau kompres dengan es; Compression atau beri
tekanan dengan menggunakan membalutnya dengan perban khusus; dan Elevation atau
tinggikan bagian yang mengalami cedera). Penyembuhan jaringan lunak, seperti bahu, seringkali
membutuhkan waktu antara 4 hingga 6 minggu.
Sedangkan perawatan untuk cedera rotator cuff
dapat meliputi: istirahat, pengobatan anti peradangan, latihan kekuatan, terapi
ultrasound, injeksi corticosteroid atau operasi (untuk cedera berat). Ada
beberapa jenis latihan tertentu untuk membantu Anda memperkuat otot-otot di
bahu Anda (terutama otot-otot rotator cuff, bagian yang membantu dalam gerakan
bahu melingkar). Latihan-latihan ini tidak menyebabkan rasa sakit. Jika terasa
sakit saat latihan, hentikan, periksakan ke dokter Anda, kemudian mulai kembali
berlatih dengan beban yang lebih ringan.
Setelah mengetahui pentingnya untuk segera
mengatasi cedera bahu Anda, maka jika Anda mengalami cedera pada sendi bahu,
segera atasi dengan cepat dan tepat, agar Anda bisa segera kembali ke gym. Selamat berlatih
dengan aman!
Metode Latihan Yang Tidak Tepat
Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka
otot, tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi lebih peka terhadap
cedera jika otot dan ligamen yang menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena
osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur).
(c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Sendi bahu merupakan bagian yang
sangat tidak stabil. Dan di sendi bahu, tendon yang sangat berperan adalah
rotator cuff dan biceps. Beberapa cedera sendi bahu yang paling sering terjadi,
antara lain subacromial bursitis, supraspinatus tendinitis, long head biceps
tendinitis, rotator cuff tendonitis hingga sobekan rotator cuff (rotator cuff
tear). Gejala dan tanda klinis yang dialami bervariasi, mulai dari ringan
sampai berat. Cedera tersebut dapat mengakibatkan nyeri sendi yang sangat pada
saat bergerak maupun istirahat. Di antara beberapa
jenis cedera tersebut, kali ini kita akan membahas salah satunya, yaitu
shoulder tendonisitis atau rotator cuff tendonitis.
Shoulder tendonitis (atau rotator cuff tendonitis) adalah salah satu kondisi
paling umum terjadi pada persendian bahu (rotator cuff). Penting untuk
diketahui bahwa shoulder tendonitis hanya bagian dari masalah dan mengarah ke
shoulder bursitis. Faktor umum penyebab rotator cuff tendonitis adalah olahraga. Tetapi terkadang
gangguan ini juga bisa terjadi pada orang-orang di atas usia 40 tahun.
Bagaimana Mengatasinya?
Setelah mengetahui pentingnya untuk segera
mengatasi cedera bahu Anda, maka jika Anda mengalami cedera pada sendi bahu,
segera atasi dengan cepat dan tepat, agar Anda bisa segera kembali ke gym. Selamat berlatih
dengan aman!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar