Memasuki era globalisasi terutama
dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan pelatihan diharapkan untuk
meningkatkan seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki sehingga mampu
melaksanakan tugas utamanya yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik baik pada tingkat dasar sampai pada
tingkat menengah.
Salah satu upaya untuk mewujudkan
tujuan pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan olahraga di sekolah yang
diterapkan dengan baik, serta diarahkan, dilatih dibimbing dan dikembangkan
sehingga pembibitan olahraga yang berbakat akan lebih cepat berhasil.
Olahraga tenis meja adalah salah
satu sarana yang dapat menunjang proses pencapaian pendidikan secara integral.
Menyadari akan hal itu, pelatih harus benar-benar mampu menciptakan suatu
pelatihan agar anak didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan potensi yang
tinggi.
Permainan tenis meja adalah
salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat luas, terutama
masyarakat sekolah termasuk perguruan tinggi. Hal ini bukan hanya disebabkan
oleh masuknya cabang ini dalam kurikulum di sekolah tetapi juga permainan ini
sangat menarik dan dapat dimainkan di dalam rumah dengan peralatan yang relatif
murah, serta tidak membutuhkan tempat yang luas. Tenis meja dapat dimainkan dan
dinikmati oleh semua anggota keluarga dan memberi gerak badan serta hiburan
kepada pemain-pemain semua tingkat usia, dan termasuk juga mereka yang cacat
jasmaninya.
Tenis meja membutuhkan kelengkapan
kondisi fisik agar mampu mendapatkan prestasi lebih tinggi, di samping
penguasaan teknik, taktik serta strategi. Seperti yang dikemukakan oleh
Mochamad Sajoto dalam bukunya; pembinaan kondisi fisik dalam olahraga
bahwa kalau seseorang atlit ingin berprestasi harus memiliki kondisi fisik
seperti:
Kekuatan (strength), daya
tahan (endurance), daya ledak otot (muscular power),
kecepatan (speed), koordinasi (coordination), kelentukan (fleksibility),
kelincahan (agility), keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy),
reaksi (reaction).
Dari semua kompenen fisik yang
tersebut di atas merupakan suatu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan satu sama
lain, baik peningkatannya maupun pemeliharaannya. Dalam permainan tenis meja
perhatian terhadap komponen kelentukan, khususnya kelentukan pergelangan tangan
bagi pelatih di daerah ini, tampaknya masih perlu ditingkatkan berkaitan dengan
tenis meja, ini dapat dilihat pada pesta olahraga nasional yang hasilnya belum
sejalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Khusus cabang tenis meja kelentukan
pergelangan tangan perlu mendapat perhatian khusus dimana dalam pelaksanaan
pelatihan tenis meja yang diberikan oleh pelatih di sekolah mungkin hanya
memperhatikan penguasaan teknik keterampilan-keterampilan saja.
Oleh sebab itu, masih perlu dibina
dan diarahkan siswa untuk diberikan latihan-latihan kondisi fisik seperti
kelentukan, karena kelentukan pergelangan tangan dalam olahraga tenis meja
sangat dibutuhkan bahkan sangat menentukan menang atau tidaknya dalam suatu
pertandingan. Di samping itu harus ditunjang keterampilan penguasaan
teknik dasar seperti melakukan pukulan forehand.
Kekurangan yang dapat dilihat
penyebabnya yakni kurangnya informasi dan penelitian tentang hubungan antara
komponen kondisi fisik yang berkaitan dalam keterampilan bermain tenis meja
seperti kelentukan dan keterampilan melakukan pukulan forehand, sehingga
tidak tepat kalau orang beranggapan bahwa di dalam bermain tenis meja yang
harus kita kuasai hanya keterampilan dasar saja tanpa disertai unsur
kondisi fisik. Dengan kekurangan informasi ini sehingga prestasi yang dicapai
ditingkat Nasional masih perlu pembinaan yang lebih optimal.
Oleh karena itu, untuk membuktikan
pernyataan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
maksud ingin mengetahui sejauh manakah hubungan kelentukan pergelangan tangan
terhadap ketepatan melakukan pukulan forehand dalam permainan tenis meja
di SMU Katolik Rosa Delima Tondano.
Adapun tujuan penelitian ini secara
umum adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan kelentukan pergelangan
tangan terhadap ketepatan melakukan pukulan forehand dalam permainan
tenis meja di SMU Katolik Rosa Delima Tondano.
Penelitian ini diharapkan dapat
berguna:
- Bagi masyarakat penggemar
olahraga tenis meja, untuk menjadi bahan masukkan dalam rangka pembinaan,
pengembangan dan peningkatan permainan di bidang olahraga khususnya tenis
meja.
- Untuk memperoleh konsep ilmiah
yang dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pelatih, pembina,
dan pelajar yang berbakat serta masyarakat pada umumnya.
Fleksibilitas adalah bagian yang
sangat penting bagi semua cabang olahraga. Oleh karena itu, unsur fleksibilitas
harus mendapat perhatian yang lebih khusus dalam tiap latihan terutama cabang
olahraga yang banyak membutuhkan fleksibilitas, antara lain tenis meja.
Dalam permainan tenis meja banyak
faktor yang harus diperhatikan. Salah satu faktor adalah kondisi fisik antara
lain, fleksibilitas. Sebab fleksibilitas ini sangat menunjang dalam
keterampilan melakukan pukulan forehand pada permainan tenis meja.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Peni Mutalib:
“Fleksibilitas yaitu komponen yang
memungkinkan gerakan sendi yang makin luas, hanya perlu diingat bahwa makin
kuat otot makin besar tendonnya, sehingga latihan fleksibilitas harus diikuti
latihan kekuatan dengan demikian akan didapat tendon yang kekar dan tetap
fleksibel”
Pendapat lain yang juga dikemukakan
oleh Harsono bahwa :
“Orang yang fleksibel adalah orang
yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai suatu
otot yang elastis,biasanya terbatas ruang gerak sendi-sendinya. Jadi faktor
utama yang membantu menentukan fleksibilitas adalah elastisnya otot”
Dalam melakukan aktivitas olahraga
unsur fleksibilitas sangatlah diperlukan untuk tidak terjadinya suatu yang
tidak kita inginkan seperti cedera terutama pada persendian. Mochmad Sojoto
mengemukakan bahwa: “Fleksibilitas adalah keefektifan seseorang dalam
mengulurkan seluas-luasnya terutama otot-otot, ligamen pada sekitar persendian”
Dengan demikian, orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang
luas dalam sendi-sendinya serta mempunyai otot yang elastis.
Jadi kelentukan pergelangan tangan,
akan dapat menimbulkan kemampuan untuk melakukan gerak sendi dari berbagai arah
di dalam melakukan pukulan forehand, dimana tangan yang akan sangat
berpengaruh dalam melecutkan secara horisontal suatu pukulan yang keras, tepat
dan terarah pada sasaran yang diinginkan.
Dengan demikian berdasarkan
uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelentukan pergelangan
tangan turut menunjang dalam melakukan pukulan forehand dalam permainan
tenis meja.
- Hakekat ketepatan melakukan
pukulan forehand
Pendapat ini dikemukakan oleh Rainer Martens yang menyatakan bahwa
teknik melakukan pukulan forehand adalah:
- Tahap persiapan
- Dalam posisi siap
- Tangan dilemaskan
- Bed sedikit dibuka untuk
menghadapi back spin, sedikit ditutup atau tegak lurus untuk
menghadapi top spin.
- Pergelangan tangan lemas dan
sedikit dimiringkan ke bawah.
- Bergerak untuk mengatur
posisi, kaki kanan sedikit ke belakang untuk melakukan forehand.
- Tahap pelaksanaan
- Putar tubuh ke belakang
dengan bertumpuh pada pinggang dan pinggul
- Putar tangan ke belakang
dengan bertumpu pada siku.
- Berat badan dipindahkan ke
kaki kanan.
- Untuk menghadapi back spin,
bed harus digerakkan sedikit lebih rendah.
- For Ward Swing
- Berat badan dipindahkan ke
kaki kiri
- Tubuh diputar ke depan
bertumpuh pada pinggang dan pinggul.
- Tangan diputar ke depan
dengan bertumpuh pada siku.
- Kontak
- Tahap akhir
- Bed bergerak ke depan dan
sedikit naik ke atas.
- Kembali keposisi siap.
KRITIK DAN SARAN MENURUT
LAYANAN BK
Masalah ini sangat ini sangat menarik untuk di bahas karena sebagai
mana kita ketahui permainan tenis meja hampir ada di setiap kota atau kabupaten
di Indonesia ini. Permainan ini memang sangat bagus untuk menguji mental
seseorang karena di permainan ini sangat membutuhkan ketenangan dalam berpikir
penempatan bola, pengontrolan emosi dalam mengeluarkan tenaga, dan daya intelek
untuk bagaimana membuat poin secepat mungkin. Berbeda dengan permainan cabang
olahraga lain yang dominan tenaga seperti bulutangkis, sepakbola, bahkan di
sepokbola tanah air kita banyak yang mengakibatkan keributan bai itu antar
pemain juga antar penonton. Ada juga yang dominan pikiran seperti catur.
Dengan demikian skirpsi ini sangat baik untuk dikaji lebih dalam lagi
dari segi Bimbingan Konseling. Dalam melakukan pukulan Forehand diperlukan
pemikiran yang cermat agar bola yang dihasilkan seperti yang kita inginkan,
baik itu drive, top spin, ataupun backspin. Ini semua bisa
dilakukan hanya dalam keadaan yang tenang dn juga memiliki tehnik yang baik
tentunya, tetapi tetap yang dominan adalah ketenangan karena permainan ini
dibatasi dengan meja sehingga bola harus jatuh dipermukaan meja lawan terlebih
dahulu, dan tidak semua orang bisa melakukan hal ini.
Kritik dan Saran
Banyaknya pelatih yang
memberikan pelatihan tenis meja di Indonesia yang tidak detail atau mendalam.
Hal ini sangat menghambat meningkatnya performa atlet di masa keemasanya.
Hubungan kelentukan pergelangan tangan dengan ketepatan melakukan pukulan
forehand pada permainan tenis meja sangat ditunjang juga dengan konsentrasi
penuh, ketika atlet tidak konsentrasi maka ketepatan akan tidak maksimal.
Masalah ini sangat berkaitan
dengan psikis atlit dimana atlet tenis meja seharusnyaselalu mendapat layanan
bimbingan dan konseling. Karena dengan cabang olahraga yang mengandalkan
kecepatan dan daya tahan di tuntut konsentrasi dimana konsentrasi itu di
pengaruhi banyak faktor psikologi.
Atlet yang masih muda selalu
rentan dengan masalah yang hampir dimiliki remaja lainya. Untuk itu tidak heran
juara pada kejuaraan tenis meja masih banyak diraih oleh atlet – atlet tua. Hal
ini disebabkan tidak adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah – sekolah tenis meja bahkan di club
– club profesional sekalipun.
Alternatif bantuan yang
diberikan kepada atlet atlet muda guna mencapaimaasa keemasan yang sangat
kompeten dan sukses diantaranya adalah pemberian masukan bahwa masalah
profesionalisme sangat mutlak untuk diterapkan ketika si anak tersebutmemilih
menjadi seorang atlet. Bahwa atlet profesional ketika sedang berlatih dan
bertanding selalu fokus akan tugasnya,dan masalh yang dia hadapi dia simpan dan
dilupakan sejenak di saat latihan. Alternatif yang lain adalah mencegah
penggunaan handphone dan media jejaring sosial lainya yang dianggap rentan
mengundang masalah, bahakan masalah pribadi anak tersebut. Di club – club elit
hal ini sudah di terapkan. Jadi setiap anak yang ingin masuk club dan berlatih
disana tidak boleh menggunakan handphone dan media jejaring sosial lainya. Dan masih banyak alternatif – alternatif
lainya yang sebenarnya kalau dipikirkan oleh para pelatih sangtlah penting,
karena bagaimanapun atlet yang mereka latih adalah anak – anak yang menuju
remaja, remaja yang menuju dewasa, bahkan atlet yang dewasa pun pasti memiliki
masalah.
Di cabang olahraga tenis meja
sangat pentingnya konsentrasi maka sudah tentu bimbingan konseling yang tidak
tersedia di club – club sekarang ini
harusnya mulai dirancang dan diadakan di setiap club. Namun kesadaran dari
pihak pelatih akan hal ini kurang begitu timbul. Di tingkat nasional pun tidak
ada layanan bimbingan konseling yang khusus menangani cabang – cabang olahraga
tertentu.
Tidak adanya layanan bimbingan
konseling di pelatihan cabang olahraga tenis meja sangatlah jelas menghambat
meningkatnya atlet-atlet muda kita dalam menerima materi latihan. Banyaknya
atlet yang tidak bisa berlatih maksimal karena faktor psikis baik itu adanya
masalah pribadi atau banyak tugas di sekolahnya membuat atlet tenis meja sangat
sulit berbicara di level internasional. Ini merupakan suatu tugas kita bersama untuk menyelesaikan
masalah –masalah para atlet supaya mereka bisa latihan dengan maksimal dan
dengan konsentrasi penuh.
Keren gan .
BalasHapusDitunggu kunbalnya . :)
Keren gan .
BalasHapusDitunggu kunbalnya . :)
Keren gan .
BalasHapusDitunggu kunbalnya . :)